Beberapa petani cabai masih sering menanam dua bibit sekaligus dalam satu lubang tanam dengan harapan mendapatkan hasil panen lebih banyak. Padahal, cara ini justru merugikan tanaman, terutama di musim penghujan. Dua tanaman dalam satu lubang akan saling berebut nutrisi, cahaya, dan ruang tumbuh, sehingga keduanya tidak bisa berkembang optimal. Selain itu, kelembapan di sekitar pangkal batang menjadi lebih tinggi karena tanaman terlalu rapat. Kondisi ini meningkatkan risiko serangan penyakit busuk batang, bercak daun, hingga layu. Idealnya, satu lubang tanam hanya diisi satu bibit cabai atau menggunakan pola tanam 2-1 agar pertumbuhan lebih sehat, kuat, dan hasil panen maksimal.
6. Jarak tanam terlalu rapat
Kesalahan umum yang sering terjadi dalam budidaya cabai di musim penghujan adalah menanam dengan jarak yang terlalu rapat. Petani biasanya ingin memaksimalkan jumlah tanaman per lahan, namun justru cara ini berisiko tinggi. Tanaman cabai yang terlalu berdekatan akan saling menutupi sinar matahari, sehingga sirkulasi udara di sekitar tajuk menjadi buruk. Akibatnya, kelembapan meningkat dan penyakit seperti antraknosa, bercak daun, serta busuk buah lebih mudah menyebar. Selain itu, persaingan dalam menyerap nutrisi dan air juga semakin tinggi. Idealnya, cabai ditanam dengan jarak 50 x 50 cm agar pertumbuhan seimbang, cahaya merata, dan tanaman lebih sehat.
7. Tidak menyemprot fungisida pasca perempelan daun
Perempelan daun merupakan salah satu teknik penting dalam budidaya cabai, terutama saat musim penghujan untuk mengurangi kelembapan di sekitar tanaman. Namun, kesalahan yang sering terjadi adalah petani tidak melakukan penyemprotan fungisida setelah perempelan. Padahal, bekas luka potongan pada batang atau tangkai daun menjadi pintu masuk utama bagi jamur dan bakteri. Jika dibiarkan tanpa perlindungan, risiko serangan penyakit seperti bercak daun, busuk batang, hingga antraknosa akan meningkat tajam. Oleh karena itu, setiap kali selesai perempelan, tanaman sebaiknya segera diberi perlakuan fungisida kontak atau sistemik untuk mencegah infeksi dini dan menjaga tanaman tetap sehat.
8. Pemupukan yang kurang tepat
Di musim penghujan banyak petani masih memberikan pupuk nitrogen (N) secara berlebihan dengan harapan tanaman tumbuh subur. Akibatnya, tanaman memang tampak hijau rimbun, tetapi jaringan menjadi lunak dan rentan terserang penyakit, terutama busuk batang dan antraknosa. Sebaliknya, kebutuhan kalsium justru sering terabaikan. Padahal, kalsium berperan penting memperkuat dinding sel, mencegah busuk ujung buah, serta meningkatkan daya tahan tanaman terhadap cuaca lembap. Pemupukan yang seimbang, dengan dosis N yang terkontrol dan tambahan kalsium rutin, sangat penting untuk menjaga kesehatan tanaman cabai di musim hujan.
9. Menggunakan pupuk kandang yang belum terfermentasi
Penggunaan pupuk kandang memang sangat bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unsur hara organik. Namun, kesalahan yang sering terjadi adalah petani langsung menggunakan pupuk kandang yang belum matang atau belum terfermentasi sempurna. Pupuk kandang mentah masih mengandung gas amonia dan mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi tanaman cabai. Selain itu, proses pelapukan yang belum selesai dapat memicu panas berlebih di dalam tanah sehingga merusak perakaran muda. Kondisi ini makin berisiko di musim penghujan karena kelembapan tinggi mempercepat perkembangan jamur dan bakteri.
10. Tidak melakukan sanitasi lahan
Sanitasi lahan sering kali dianggap sepele, padahal menjadi faktor penting dalam keberhasilan budidaya cabai di musim penghujan. Banyak petani mengabaikan pembersihan gulma, sisa tanaman sakit, maupun ranting yang menumpuk di sekitar lahan. Akibatnya, area tanam menjadi lembap dan kotor, sehingga menjadi tempat ideal berkembangnya hama serta penyakit tular tanah. Sisa tanaman yang terinfeksi juga bisa menjadi sumber inokulum penyakit yang mudah menyebar ke tanaman sehat.*