Film Bid’ah dan Bahaya Penyimpangan Ajaran Islam

Penulis : Hanivatul Khairat / Mahasiswi universitas Islam negeri imam Bonjol Padang

Redaksi
Hanivatul Khairat adalah seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Bebaskan jiwamu dari khurafat, syirik, dan bid’ah yang telah menyebabkan kamu hancur.” – Jamaluddin Al-Afghani

KlikGenZ – Cerita ini diangkat dari film berjudul Bid’ah sebuah drama asal Malaysia yang tengah ramai diperbincangkan, khususnya di kalangan mahasiswa pengguna media sosial. Film ini membahas praktik menambah atau mengurangi ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Bid’ah mulai tayang pada 6 Maret 2025 dan terdiri dari 15 episode, masing-masing berdurasi 30 menit. Film Bid’ah mengisahkan tentang sebuah aliran atau sekte yang menyimpang dari ajaran Islam. Aliran ini dipimpin oleh Walid Muhammad, yang mengaku sebagai Imam Mahdi dan memimpin komunitas bernama Jihad Ummah Walid digambarkan sebagai sosok pandai berbicara dan mampu memikat pengikutnya melalui retorika keagamaan yang menyimpang. Para pengikutnya percaya bahwa ajaran Walid adalah kebenaran mutlak tanpa sedikit pun rasa curiga.

Cerita dimulai dari kemunculan Walid yang mengaku sebagai Imam Mahdi. Ia membentuk komunitas Jihad Ummah yang memiliki banyak pengikut dan empat orang istri sah. Ajaran yang disebarkan dalam komunitas ini bertentangan dengan ajaran Islam. Di antaranya adalah praktik meminum air bekas cuci kaki dan mandi sang mursyid untuk “mendapat keberkahan”, serta praktik nikah paksa antara gadis muda dengan pria tua. Islam tidak pernah mengajarkan tradisi seperti ini.

Dalam komunitas tersebut, banyak perempuan muda yang bergabung karena ingin mempelajari Islam secara menyeluruh. Namun karena minimnya pengetahuan agama, mereka dengan mudah menerima ajaran-ajaran sesat dan bahkan rela dijadikan budak nafsu sang mursyid dengan alasan-alasan keagamaan.

Kehadiran dua tokoh utama, Baiduri dan Hambali, menjadi titik balik dalam cerita. Keduanya adalah anak negeri yang telah menyelesaikan pendidikan di Mesir dan Yaman. Baiduri adalah anak dari salah satu pengikut komunitas ini. Ia adalah wanita cerdas yang awalnya bergabung demi menyenangkan ibunya yang religius. Namun, seiring waktu, ia menyadari banyaknya penyimpangan ajaran Islam dalam komunitas tersebut.

Sementara itu, Hambali adalah anak dari orang kepercayaan Walid. Ia awalnya bergabung untuk berdakwah, namun kemudian juga menemukan banyak penyimpangan dalam ajaran komunitas tersebut.

Baiduri dan Hambali bersatu untuk meluruskan ajaran Islam sesuai Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka mulai dengan menyadarkan orang tua mereka, meminta nasihat guru mereka, bahkan tinggal dalam komunitas untuk mengumpulkan bukti-bukti penyimpangan. Mereka juga berdakwah secara perlahan kepada para pengikut yang telah terpengaruh.

Exit mobile version