Budaya Lokal dalam Kepungan Media Sosial

Oleh ; Azwar Mardin, SE.

Redaksi

Yang lebih mengkhawatirkan, otoritas budaya pun kini digantikan oleh figur-figur seleb media sosial. Tokoh adat, guru, dan orang tua kehilangan tempatnya sebagai penjaga nilai karena kalah populer dari influencer yang sering kali tak berakar pada nilai-nilai lokal. Seperti disampaikan oleh seorang tokoh adat di Sumatera Barat, “Anak-anak sekarang lebih percaya TikTok daripada tambo adat.”

Namun, media sosial juga tidak bisa serta merta dianggap sebagai lawan budaya. Ia adalah alat. Dan seperti alat lainnya, tergantung pada siapa yang menggunakannya dan untuk apa. Di sejumlah daerah, komunitas anak muda mulai membalikkan arus. Mereka menjadikan Instagram, YouTube, hingga podcast sebagai ruang baru untuk mengenalkan kembali tarian tradisional, cerita rakyat, bahkan petatah petitih dari daerah mereka.

Momentum inilah yang perlu diperkuat. Pemerintah, tokoh adat, pendidik, dan para kreator lokal harus bergandeng tangan membangun ekosistem digital yang tidak hanya adaptif terhadap zaman, tetapi juga akrab dengan akar budaya. Budaya lokal tidak boleh hanya jadi simbol masa lalu. Ia harus menjadi identitas masa kini dan masa depan. (*)

Exit mobile version