Niniak Mamak: Pilar Kultural dalam Membangun Daerah dan Membina Generasi Minangkabau

Oleh; Kamanakan Datuak Rajo Marah

Redaksi
Idrus Hakimy Datuak Rajo Panghulu, seorang penghulu atau pemimpin adat Minangkabau yang merupakan bagian dari ninik mamak dengan pakaian kebesaran. Dok. Wikipedia

Penjaga Stabilitas Sosial dan Demokrasi Lokal

Tak sedikit konflik sosial atau sengketa dalam masyarakat yang diselesaikan oleh niniak mamak melalui musyawarah adat. Dalam banyak kasus, niniak mamak lebih dihormati ketimbang tokoh politik karena mereka memikul tanggung jawab moral dan tidak berpihak.

Bahkan dalam momen politik seperti pilkada atau pilnag, netralitas dan seruan dari niniak mamak bisa menjadi penyejuk suasana. Ini menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi kekuatan moral yang membantu menjaga stabilitas demokrasi lokal.

Mengarusutamakan Peran Niniak Mamak ke Depan

Tantangan ke depan menuntut niniak mamak untuk tidak hanya menjadi simbol adat, tetapi juga menjadi aktor transformasi sosial. Mereka perlu diperkuat kapasitasnya, baik melalui pendidikan adat maupun pelibatan aktif dalam perencanaan pembangunan.

Baca Juga  Sumbar Catat Inflasi Tertinggi Nasional April 2025, Dampak Kenaikan Tarif Listrik dan Konsumsi Cabai

Pemerintah daerah perlu membuka ruang yang lebih luas untuk melibatkan Lembaga Kerapatan Adat Nagari (KAN) dan niniak mamak dalam perumusan kebijakan. Sebab nilai adat bukanlah penghambat modernisasi, tapi justru benteng peradaban yang memperkuat identitas daerah.

Minangkabau boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tapi niniak mamak tetaplah pelita bagi anak kemenakan dan nagari. Di tengah zaman yang serba cepat, kehadiran mereka menjadi penyeimbang antara kemajuan dan kearifan. Maka sudah saatnya kita memberi penghargaan lebih kepada peran inisebagai kekuatan sosial, moral, dan budaya yang tak ternilai dalam membangun daerah. (*)