Selain pengaruh angin dari Australia, minimnya tutupan awan selama musim kemarau juga membuat suhu di malam hari terasa lebih dingin. Tanpa uap air yang cukup, panas yang dilepaskan oleh permukaan Bumi pada malam hari tidak tertahan di atmosfer, melainkan langsung terlepas ke angkasa.
Kondisi langit yang cerah (clear sky) mempercepat pelepasan radiasi balik gelombang panjang ke atmosfer luar, menyebabkan udara di dekat permukaan Bumi menjadi lebih dingin, khususnya pada malam hingga pagi hari.
Fenomena ini tergolong wajar dan berulang setiap tahun. Bahkan di beberapa daerah dataran tinggi seperti Dieng dan wilayah pegunungan lainnya, suhu dingin ekstrem dapat memicu terbentuknya embun es atau embun upas yang kerap disalahartikan sebagai salju oleh masyarakat.

Kesimpulan: Cuaca Dingin Bukan Akibat Aphelion
BMKG menekankan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan informasi yang menyesatkan mengenai Aphelion. Cuaca dingin yang terjadi saat ini merupakan bagian dari dinamika atmosfer yang biasa terjadi selama musim kemarau di wilayah Indonesia bagian selatan. [bmkg/red]