Tradisi Tabuik 10 Muharam di Pariaman: Keindahan Ornamen dan Nilai Sejarahnya

Redaksi

Tak hanya prosesi pelarungan, proses pembuatan tabuik juga menjadi daya tarik wisatawan. Pada malam hari, lokasi pembuatan tabuik ramai dikunjungi pengunjung. Muhammad Ari, wisatawan asal Padang Pariaman, bahkan sengaja membawa istri dan anak-anaknya ke rumah tabuik untuk memperlihatkan secara langsung proses pembuatan ornamen yang selama ini hanya mereka lihat dari kejauhan di Simpang Tabuik lokasi Tugu Tabuik yang ikonik.

Menurutnya, melihat langsung proses pembuatan tabuik menjawab rasa penasaran keluarganya dan memberi pengalaman budaya yang mendalam.

Pemerintah Kota Pariaman pun melihat potensi wisata dari kegiatan ini. Mereka mengemas proses pembuatan tabuik sebagai atraksi budaya dengan menambahkan pertunjukan seni tradisional dan mendorong pelaku usaha perhotelan untuk menyiapkan fasilitas terbaik selama rangkaian acara berlangsung.

Baca Juga  Menteri PU Evaluasi Total Imbas OTT KPK di Sumut: "Tak Ada Toleransi untuk Korupsi"

Tak heran, rumah tabuik menjadi pusat keramaian, lengkap dengan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan tradisional hingga kuliner kekinian.

Prosesi Hoyak Tabuik sendiri melibatkan puluhan orang yang harus bekerja secara kompak untuk mengangkat dan menghoyak ornamen seberat sekitar 300 kilogram. Kekompakan ini menciptakan pemandangan dramatis yang mampu memukau ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Rangkaian Pesona Hoyak Tabuik Piaman 2025 dimulai sejak 27 Juni dan mencapai puncaknya pada 6 Juli. Wali Kota Pariaman, Yota Balad, menegaskan bahwa tabuik bukan sekadar tontonan atau pertunjukan seremonial semata. “Tabuik adalah warisan budaya yang telah berusia ratusan tahun. Ini tradisi, bukan ajaran agama,” ujarnya dikutip dari Antara. (*DetikTravel)

Baca Juga  PSU Pilkada Pasaman, Bawaslu Pastikan Proses Pemungutan Suara Bersih dari Politik Uang