III Koto Aua Malintang | KlikGenZ – Kelompok Dasawisma Korong Kampuang Surau, Nagari III Koto Aua Malintang Kecamatan IV Koto Aua Malintang, berkolaborasi dengan mahasiswa KKN Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi dalam program pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Kegiatan ini menjadi langkah nyata untuk meningkatkan kesehatan sekaligus menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kualitas hidup.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa memberikan sosialisasi terkait manfaat berbagai tanaman obat yang mudah dijumpai di sekitar rumah, seperti jahe, kunyit, serai, lidah buaya, hingga daun sirih. Tidak hanya itu, peserta juga diajarkan teknik menanam, merawat, serta cara mengolah tanaman tersebut agar bisa dimanfaatkan sehari-hari sebagai alternatif menjaga kesehatan keluarga.
Koordinator KKN Korong Kampuang Surau, Gerry Samatra, menjelaskan bahwa keberadaan TOGA merupakan bentuk kearifan lokal yang sangat relevan di era sekarang.
“Kami ingin ibu-ibu dasawisma dapat memanfaatkan tanaman obat di sekitar rumah dan mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia. Dengan begitu, keluarga bisa lebih mandiri dan sehat secara alami,” ujarnya.
Sementara itu, Busbar Andre Putra, Wali Korong Kampuang Surau, mengapresiasi inisiatif mahasiswa dan antusiasme kelompok dasawisma.
“Program ini sejalan dengan kebutuhan masyarakat kami. TOGA bukan hanya menyehatkan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga. Kami berterima kasih kepada mahasiswa yang telah berbagi ilmu dan semoga ibu-ibu bisa terus mempraktikkannya di rumah masing-masing,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Mitra Susanto, Pj Wali Nagari III Koto Aua Malintang, yang melihat kegiatan ini sebagai langkah nyata pemberdayaan masyarakat.
“Sosialisasi TOGA adalah program tepat sasaran. Selain meningkatkan kesehatan, juga mendorong kemandirian keluarga dalam bidang herbal. Harapan kami, kegiatan ini berlanjut dan menjadi inspirasi bagi nagari lain untuk memanfaatkan potensi lokal,” jelasnya.
Melalui kolaborasi ini, pemanfaatan TOGA tidak hanya diharapkan mampu meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga memperkuat peran dasawisma sebagai motor penggerak pemberdayaan keluarga dan kesehatan berbasis kearifan lokal.*