Pariaman, Klikgenz – Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pariaman harus mulai menulis agar dapat mewariskan ilmu pengetahuan kepada orang lain dan generasi berikutnya. Sebagai mahasiswa tentu memiliki kemampuan untuk bisa menghasilkan karya tulis yang dapat dibaca orang lain.
Wakil Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pariaman Junaidi Arif, SH, MH, Tuanku Sidi Mangkuto di hadapan kader PMII Kota Paraman, Jumat (21/3/2025) malam usai berbuka bersama di Mesjid Jami’ Al Huda Komplek IAI Sumbar jalan By Pass Kota Pariaman.
Dikatakan Junaidi Arif, menulis itu mewariskan ilmu pengetahuan. Ada tiga sumber ilmu pengetahuan. Pertama, ilmu yang Syatar, ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kitab-kitab yang ditulis para guru dan ulama. Guru-guru atau ulama pada masa lalu itu menulis kitab yang sampai sekarang masih menjadi pegangan dalam beribadah dan menjalani kehidupan.
“Dengan menulis kitab/buku mereka mewariskan ilmu dan pemikiran,” kata Junaidi Arif, alumni Pesantren Nurul Yaqin Ambung Kapur ini.
Kedua, kata Junaidi, ilmu pengetahuan diperoleh langsung dari guru. Dari dada guru disampaikan langsung ke hati murid yang ada di depannya. Allah memberikan ilmu itu melalui guru, langsung dari mulut guru sampai ke telinga murid. “Seperti ajaran Islam, dari Rasulullah ke sahabat, dari sahabat ke tabi’in, dari tabi’in ke tabi’ut tabi’in, ke para ulama berikutnya hingga kini. Ilmunya itu disampaikan secara langsung hingga sekarang masih bertahan,” kata Junaidi.
Sedangkan ketiga, kata Junaidi, ilmu laduni. Ilmu yang langsung dianugerahkan oleh Allah kepada manusia pilihan. Contoh Nabi Musa disuruh belajar ke Nabi Khidir. Ada tiga kisah yang diprotes Nabi Musa terhadap apa yang dilakukan Nabi Khidir. Yakni Nabi Khidir melubangi perahu yang ditumpanginya, seorang anak-anak yang tengah bermain, ditarik lalu dicekik hingga mati dan memperbaiki rumah yang sudah roboh jadi bagus kembali di tengah masyarakat yang tidak peduli dengan kehadiran Nabi Khidir dan Nabi Musa.