News  

Di Balik Gubuk Plastik: Kisah Pilu Zainal Arifin yang Menolak Menjadi Beban

Bukan karena ditelantarkan atau diusir, melainkan karena rasa malu dan takut menjadi beban.

Redaksi
Zainal Warga Padang Lariang Tengah Nagari III Koto Aur Malintang Utara terlihat berdiri di depan pondok yang beratapkan serta berdinding semuanya dari plastik, tempat mereka tinggal sehari hari. (Dok Eki Rafki)

PADANG PARIAMAN, KlikGenZ — Di bawah naungan pohon pinang dan jengkol, berdiri sebuah gubuk ringkih tak lebih dari dua meter persegi. Terbuat dari terpal plastik putih, bangunan itu nyaris tak layak disebut tempat tinggal. Namun, di sanalah Zainal Arifin (60) memilih menghabiskan hari-harinya dalam kesunyian, sakit, dan keterasingan.

Zainal adalah warga Padang Lariang Tengah, Nagari III Koto Aur Malintang Utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang, Kabupaten Padang Pariaman. Sejak istrinya wafat sekitar 20 tahun lalu, Zainal perlahan menarik diri dari kehidupan keluarga dan masyarakat. Bukan karena ditelantarkan atau diusir, melainkan karena rasa malu dan takut menjadi beban.

“Saya takut mengganggu, takut anak-anak jijik dengan keadaan saya,” tuturnya lirih, suaranya yang serak hanya terdengar dari jarak sangat dekat, Sabtu (26/4).

Tubuhnya renta. Batuk berdarah kerap datang tiba-tiba. Bau badan akibat penyakit yang tak pernah tertangani membuatnya semakin mengasingkan diri. Untuk berjalan pun, ia harus bertumpu pada sebatang tongkat kayu sederhana.

Baca Juga  Mudik Lebaran 2025: Pemprov Lampung Perkuat Empat Pelabuhan Penyeberangan

Setiap sore, Zainal menumpang ojek ke pasar terdekat. Bukan untuk belanja, tapi untuk mengharap sedekah demi sepiring nasi. Uang yang terkumpul cukup untuk bertahan sehari. Malamnya ia kembali ke gubuk, menyatu dengan dingin dan hujan yang menembus dinding plastik.

Gubuk itu ia bangun sendiri, sedikit demi sedikit, dari lembaran plastik bekas yang dikumpulkannya dari pasar. Warna putih ia pilih agar sinar matahari bisa masuk meski hanya samar.

Pemerintah setempat dan warga sebenarnya tak tinggal diam. Ia pernah menerima bantuan BLT, BAZNAS, dan program PKH. Anak-anaknya pun masih menjenguk sesekali. Tapi Zainal tetap teguh pada keputusannya: tak ingin menyusahkan siapa pun.

Baca Juga  Berkaca dari 2024, Ketua Bawaslu RI Tawarkan Tiga Opsi Keserentakan untuk Pemilu 2029

Kisahnya mulai menjadi sorotan setelah fotonya viral di media sosial. Publik pun tersentuh.