News  

Di Balik Gubuk Plastik: Kisah Pilu Zainal Arifin yang Menolak Menjadi Beban

Bukan karena ditelantarkan atau diusir, melainkan karena rasa malu dan takut menjadi beban.

Redaksi
Zainal Warga Padang Lariang Tengah Nagari III Koto Aur Malintang Utara terlihat berdiri di depan pondok yang beratapkan serta berdinding semuanya dari plastik, tempat mereka tinggal sehari hari. (Dok Eki Rafki)

“Kemarin pihak kepolisian datang. Wakapolres Kompol Jon Hendri langsung turun tangan. Beliau berjanji akan membangunkan rumah layak untuk Zainal,” ujar Amri Besman, Wali Nagari III Koto Aur Malintang Utara.

Kompol Jon Hendri menegaskan, bantuan ini murni aksi kemanusiaan.

“Tidak ada kepentingan lain. Ini tugas kami Polri untuk hadir dan membantu masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya.

Peletakan batu pertama pembangunan rumah akan dilakukan dalam waktu dekat. Polres Pariaman, pemerintah nagari, dan warga bergotong-royong memberi bantuan.

Namun kisah Zainal menyisakan tanya dan keprihatinan. Di tengah gemuruh program kesejahteraan, mengapa masih ada warga yang memilih hidup di gubuk plastik karena merasa tak pantas tinggal bersama keluarganya? Di mana letak kegagalan kita dalam merangkul mereka yang merasa tersisih?

Baca Juga  Bupati Padang Pariaman Bahas Pengembangan Wisata di Tapakis dan Katapiang

Kompol Jon Hendri menutup kisah ini dengan pesan yang menggetarkan:

“Kisah Zainal bukan sekadar potret kemiskinan. Ini adalah cermin getir tentang sunyinya hidup dalam sakit dan ketidakberdayaan. Dan di tengah kesunyian itu, kita diingatkan: kemanusiaan tak boleh menunggu viral untuk bergerak.” (RH)