News  

Sikueh yang Mambangkik Batang Tarandam: Kisah Yusneti dari Pisang Rebus ke Jalan Beraspal

Dulu hidup dalam kemiskinan di hutan Dama Limpauang, Hj. Yusneti Ismael kini kembali membangun kampung halamannya. Jalan sepanjang 1,6 km yang ia bangun menjadi simbol cinta dan pengabdian kepada orang tua dan tanah kelahiran.

Redaksi

Menapak Ibu Kota, Menuju Sukses

Takdir kemudian membawanya ke Jakarta. Kota yang bagi banyak orang Minang adalah simbol harapan dan pencapaian. Di ibu kota, Yusneti menapaki tangga kehidupan dengan penuh tekad dan kerja keras.

Dengan semangat pantang menyerah, ia perlahan membalas penderitaan masa kecil dengan kesuksesan. Kini, ia menjadi salah satu perempuan Minang yang berhasil membuktikan diri. Di balik namanya, terselip julukan kesayangan orang tuanya: Si Kueh.

Nama itu kini menjadi semacam “merek” baru yang menandai kebangkitan Bukit Dama Limpauang.

Kembali ke Akar, Membangun Kampung Halaman

Kini, ketika kondisi ekonominya sudah mapan, Yusneti memenuhi janjinya. Ia menginfakkan sebagian hartanya untuk membangun kampung halaman. Dama Limpauang yang dulu hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki berjam-jam, kini bisa dijangkau hanya dalam 15 menit dengan kendaraan roda empat.

Baca Juga  Pelatihan Dasar Militer dan Kepemimpinan SPPI 2025 Resmi Dibuka Di Sarang Petarung Yonif 9 Marinir

Tak hanya membangun jalan, Yusneti juga berencana membangun villa di puncak Bukit Dama yang berada pada ketinggian 325 MDPL. Udara sejuk, alam yang asri, serta panorama indah menjadikannya berpotensi sebagai kawasan wisata baru di Kecamatan IV Koto Aur Malintang.

Harapan yang Menyala

Yusneti tak ingin berhenti sampai di situ. Ia ingin Dama Limpauang berkembang bersama masyarakat setempat. “Saya yakin, tak akan ada lagi kemiskinan, bahkan di puncak gunung sekalipun, jika kita bangkit bersama,” ujarnya penuh harap.

“Mari kita bangun diri dan negeri ini, bersama-sama.” Pesan dari Si Kueh yang kini menjadi simbol perjuangan dan harapan baru di Bukit Dama Limpauang.(*)