KLikGenZ – Kamu sering mendengar kata Flexing?. Flexing adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan perilaku memamerkan kekayaan, pencapaian, atau gaya hidup mewah, biasanya di media sosial.
Tujuan utama dari flexing sering kali adalah untuk menarik perhatian, menunjukkan status sosial, atau membangun citra tertentu di mata orang lain.
Meningkatnya risiko depresi Flexing di media sosial dapat meningkatkan risiko depresi pada usia remaja dan anak muda. Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat membuat remaja merasa tidak cukup dan tidak bahagia.
Mengganggu kepribadian Flexing di media sosial juga dapat mengganggu kepribadian seseorang dalam interaksi nyata.
Hari ini flexing banyak kita jumpai di kehidupan melalui media sosial dan interaksi sosial secara lansung dalam keseharian kita, tanpa kita sadari, kita hari ini juga bagian dari aktifitas flexing.
Fenomena pamer kekayaan ini acap kali di jumpai dalam dunia medsos Seperti facebook, Instagram dan yang paling mendominasi melalui TikTok, mendominasi kalangan milenial dan Gen Z.

Fenomena flexing, atau pamer kekayaan dan gaya hidup mewah di media sosial, bisa memberikan dampak negatif bagi anak muda. Berikut beberapa dampak buruknya:
1. Tekanan Sosial dan Minder
Melihat orang lain pamer kekayaan bisa membuat anak muda merasa tertinggal atau kurang berharga. Mereka bisa merasa minder jika tidak memiliki barang mahal atau gaya hidup serupa.
2. Budaya Konsumtif dan Hedonisme
Flexing mendorong gaya hidup konsumtif, di mana anak muda lebih fokus pada belanja dan barang bermerek daripada menabung atau berinvestasi. Ini bisa mengarah pada pola hidup boros dan tidak sehat secara finansial.