3. Perilaku Palsu atau FOMO (Fear of Missing Out)
Banyak anak muda yang tergoda untuk ikut-ikutan flexing demi terlihat sukses, meskipun kenyataannya tidak demikian. Mereka bisa berutang atau memaksakan diri demi citra sosial yang mewah.
4. Menurunnya Mental Health
Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat meningkatkan kecemasan, stres, dan depresi. Mereka mungkin merasa gagal hanya karena tidak bisa hidup seperti influencer yang mereka lihat.
5. Mengaburkan Makna Kesuksesan
Flexing sering kali membuat anak muda berpikir bahwa kesuksesan hanya diukur dari materi. Padahal, kesuksesan sejati bisa datang dari pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kebahagiaan dalam hidup.
6. Meningkatkan Sikap Pamer dan Palsu
Alih-alih berusaha meningkatkan kualitas diri, beberapa anak muda justru terjebak dalam perilaku pamer tanpa substansi. Mereka lebih fokus pada citra daripada pencapaian nyata.
7. Memicu Kriminalitas
Dalam beberapa kasus, flexing bisa menjadi pemicu tindakan kriminal, seperti penipuan, pencurian, atau kejahatan lainnya. Beberapa orang mungkin merasa terdorong untuk melakukan cara instan demi bisa tampil mewah.

Flexing bisa memberikan dampak psikologis dan sosial yang buruk bagi anak muda jika tidak disikapi dengan bijak. Penting bagi generasi muda untuk lebih fokus pada pengembangan diri, kerja keras, dan kebahagiaan yang tidak hanya diukur dari materi.(*)