News  

Dampak Buruk Flexing di Media Sosial: Bahayanya bagi Anak Muda”

"Tujuan utama dari flexing sering kali adalah untuk menarik perhatian, menunjukkan status sosial, atau membangun citra tertentu di mata orang lain."

Redaksi
Salah satunya bentuk flexing dengan memamerkan barang mewah yang dimiliki, melihat berbagai dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh perilaku flexing, penting bagi kita untuk menghindari atau setidaknya meminimalkan tindakan ini di media sosial. ( Foto : illustrasi )

3. Perilaku Palsu atau FOMO (Fear of Missing Out)

Banyak anak muda yang tergoda untuk ikut-ikutan flexing demi terlihat sukses, meskipun kenyataannya tidak demikian. Mereka bisa berutang atau memaksakan diri demi citra sosial yang mewah.

4. Menurunnya Mental Health

Terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat meningkatkan kecemasan, stres, dan depresi. Mereka mungkin merasa gagal hanya karena tidak bisa hidup seperti influencer yang mereka lihat.

5. Mengaburkan Makna Kesuksesan

Flexing sering kali membuat anak muda berpikir bahwa kesuksesan hanya diukur dari materi. Padahal, kesuksesan sejati bisa datang dari pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kebahagiaan dalam hidup.

6. Meningkatkan Sikap Pamer dan Palsu

Alih-alih berusaha meningkatkan kualitas diri, beberapa anak muda justru terjebak dalam perilaku pamer tanpa substansi. Mereka lebih fokus pada citra daripada pencapaian nyata.

7. Memicu Kriminalitas

Dalam beberapa kasus, flexing bisa menjadi pemicu tindakan kriminal, seperti penipuan, pencurian, atau kejahatan lainnya. Beberapa orang mungkin merasa terdorong untuk melakukan cara instan demi bisa tampil mewah.

Ilustrasi

Flexing bisa memberikan dampak psikologis dan sosial yang buruk bagi anak muda jika tidak disikapi dengan bijak. Penting bagi generasi muda untuk lebih fokus pada pengembangan diri, kerja keras, dan kebahagiaan yang tidak hanya diukur dari materi.(*)

Exit mobile version