SUMBAR | KlikGenZ – Emas di sungai-sungai Sumatera Barat bukan sekadar mitos atau cerita lama. Dari Limapuluh Kota, Pasaman, Sijunjung, hingga Dharmasraya, butiran emas masih kerap ditemukan di aliran sungai, bahkan di lokasi yang jauh dari gunung api aktif.
Lalu, bagaimana mungkin wilayah tanpa aktivitas vulkanik justru kaya emas?
Ternyata, jawabannya terletak pada sejarah geologi purba yang menyimpan proses alam luar biasa. Emas-emas ini bukan hasil letusan gunung api masa kini, melainkan warisan dari aktivitas tektonik dan vulkanik yang terjadi jutaan tahun silam.
Jejak Sejarah Alam: Emas dari Aktivitas Tektonik Masa Lalu
Secara geologis, Sumatera Barat berada di jalur busur belakang (back-arc region) pertemuan dua lempeng besar: Indo-Australia dan Eurasia. Pergerakan lempeng ini membentuk Pegunungan Bukit Barisan, yang selama jutaan tahun mengalami aktivitas magma dan tektonik.
Dalam proses itu, terbentuklah endapan hidrotermal—sistem panas bumi purba di bawah permukaan tanah—yang mengandung logam-logam berharga seperti emas, tembaga, dan perak. Inilah sumber utama emas primer yang tersebar di kawasan seperti Pasaman, Solok Selatan, Sijunjung, hingga Dharmasraya.
Dari Perut Bumi ke Dasar Sungai: Perjalanan Emas Aluvial
Seiring waktu, batuan pembawa emas mengalami pelapukan dan erosi. Curah hujan tinggi dan derasnya aliran sungai di Sumbar melarutkan batuan tersebut, membawa butiran emas ke aliran sungai.
Karena berat jenisnya tinggi, butiran emas kemudian mengendap di dasar sungai, terutama di tikungan atau celah-celah batu. Proses ini menciptakan emas aluvial—jenis emas yang selama ini menjadi incaran tambang rakyat.
Wilayah-Wilayah Sungai Emas di Sumbar
Beberapa daerah di Sumatera Barat yang dikenal sebagai penghasil emas aluvial antara lain: