“Di kota ini, ada anak Minang, Batak, Jawa, Tionghoa, semua hidup rukun. Tidak ada yang dipinggirkan. Inilah kekayaan kita yang harus dijaga bersama. Kerukunan adalah fondasi dari kemajuan,” tegasnya.
Wali kota dua periode itu juga menitipkan pesan kepada para pelajar untuk tidak pernah lelah menjaga semangat persaudaraan dalam perbedaan.
“Jangan pernah ada pelarangan dalam beribadah sesuai kepercayaan kita. Sampaikan kepada keluarga dan lingkungan, bahwa menjaga kerukunan adalah tanggung jawab kita bersama,” pesannya menutup apel.
Apel Akbar ini menjadi bagian dari upaya membangun kesadaran kolektif generasi muda akan pentingnya hidup berdampingan dalam damai di tengah masyarakat yang plural. Padang Panjang membuktikan bahwa religiusitas bisa sejalan dengan toleransi. (*)