Festival ini mengangkat kembali tradisi juadah sebuah budaya kuliner Minangkabau yang populer pada era 1970-an dan kini mulai terlupakan. Juadah merupakan sekumpulan makanan adat yang terdiri dari kanji, wajik, jalabio, aluo, kipang, dan rambuik-rambuik, disusun rapi di atas dulang sebagai simbol kekayaan tradisi kuliner Minangkabau.
Dalam tradisi baralek (pernikahan adat), juadah kerap menjadi simbol keinginan orang tua laki-laki untuk menerima menantu. Makanan ini biasanya dibawa oleh pihak perempuan sebagai hantaran dalam prosesi adat.
Wamen Helvi Moraza menegaskan pentingnya tiga pilar utama dalam pengembangan UMKM: pendidikan kewirausahaan, akses permodalan, dan pembukaan pasar. Ia menyebut Festival Juadah sebagai bukti bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
“Festival ini membuka peluang besar bagi UMKM, khususnya di sektor kuliner. Jika dilakukan secara masif di Sumatera Barat, tradisi ini bisa menjadi penggerak ekonomi sekaligus pelestari budaya,” ujarnya.
Helvi juga menyampaikan apresiasi terhadap komitmen pemerintah daerah dalam memajukan UMKM dengan pendekatan berbasis budaya lokal.
“Tradisi dan kekhasan nagari-nagari di Sumatera Barat, jika dikolaborasikan dengan potensi ekonomi, akan mendorong kebangkitan ekonomi masyarakat,” katanya.
Festival Juadah 2025 disebutnya sebagai bentuk loyalitas terhadap warisan budaya leluhur yang kini dibalut dengan sentuhan inovasi. Tradisi ini menjadi simbol ekonomi kerakyatan yang mungkin tak glamor, namun mampu menghidupi banyak keluarga dan menciptakan ruang sosial yang inklusif.
“Kami melihat bahwa tradisi bisa menjadi motor penggerak UMKM dan solusi nyata untuk menanggulangi kemiskinan,” tambah Helvi.
Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis (JKA), menyampaikan terima kasih atas dukungan dari Kementerian UMKM. Ia menjelaskan bahwa Festival Juadah digelar untuk dua tujuan utama: melestarikan budaya kuliner khas daerah dan mendorong perekonomian masyarakat melalui sektor UMKM.
“Festival ini sepenuhnya diisi oleh pelaku UMKM karena mereka adalah garda terdepan dalam menghidupkan ekonomi rakyat,” ujar Bupati JKA.
Ia menambahkan, juadah adalah makanan khas Padang Pariaman yang biasa dijadikan hantaran oleh pihak mempelai wanita dalam pernikahan. Ke depan, juadah akan dikenalkan sebagai oleh-oleh khas daerah dan makanan ringan sehari-hari dengan kemasan yang lebih menarik.
Sementara itu, anggota DPRD Sumatera Barat, Firdaus, mengaku terharu dengan kehadiran langsung pejabat kementerian dalam festival tersebut. Ia menilai Festival Juadah sebagai yang pertama di Sumatera Barat dan mencerminkan semangat gotong royong dalam pelestarian budaya lokal.