Saya tidak sedang mencari pembenaran. Saya tidak menyangkal bahwa kelalaian ada. Termasuk dari saya sendiri. Tapi yang pasti, kami sedang mencari jalan keluar. Sampai tadi malam, saya bersama beberapa tokoh masih berdiskusi tentang langkah terbaik menjaga marwah kampung kami.
Saya masih terus bekerja bersama para seniman dan penggiat budaya untuk menggelar berbagai event seni dan budaya:
Pekan Kebudayaan Daerah di Katapiang
Festival Soundbar di Sungai Sariak
Festival Lagu Minang di Kampuang Dalam
Ratik Tulak Bala di Koto Mambang dan Sungai Sariak
Semua ini kami lakukan bukan semata demi hiburan, tetapi sebagai upaya menguatkan simpul kebersamaan, membangun solidaritas warga, dan tentu saja menjaga keamanan dan kenyamanan kampung.
Kami masih Piaman yang sama. Kampung kami masih layak dikunjungi. Masih aman dan nyaman.
Akhirnya, lewat surat terbuka ini kami mohon: jangan ubah pandangan terhadap kami. Kriminalitas bisa terjadi di mana saja, kapan saja. Kali ini kebetulan terjadi di kampung kami. Tapi percayalah, kami tidak tinggal diam.
Bagi tuan dan puan yang mencintai Piaman—walau bukan orang Piaman—percayalah, kami juga mencintai kalian. Dari lubuk hati yang paling dalam, jika ada kesalahan yang disengaja atau tidak, pada Allah saya mohon ampun, dan pada dunsanak semua saya mohon maaf. (*)